Segala-galanya Tumpah: Sebuah Cerita

Nightman
3 min readFeb 3, 2024

--

Jatuhin es, dan untung nga kena leptop

Aku benar-benar tidak bermaksud membuatnya tumpah, atau bahkan menginginkannya jatuh dan membuat berantakan. Kau tahu, saat dirimu clumsy, semua rasanya seolah-olah tak ingin diam. Segalanya cenderung ingin jatuh dan menciptakan kekacauan.

Pada kasusku, itu terjadi pada fase di mana ini telah menggangguku.

“Berhenti jadi dodol dan pelan-pelan saja!” kata seorang temanku setelah aku menjatuhkan saus ke atas meja.

Namun, cerita ini berlanjut.

Di kantor lamaku, aku menjatuhkan air di atas meja kerja hingga hampir beberapa kali. Rekan kerjaku sudah pada tahap kesal. Dia berkata, “Aku sudah bilang berhenti menggunakan gelas plastik itu seperti seratus kali. Tapi, yaa, jatuh lagi kan.”

Aku buru-buru mencari kertas untuk menyeka air yang tumpah.

Tapi dengarkan pembelaanku.

Pertama, aku tidak ingin menjatuhkan apa pun. Aku tidak menginginkan apa pun tumpah dan membuat basah. Hanya saja, gelas plastik tidak sengaja tersenggol, dan ya, jatuh.

Apakah itu salahku? Mungkin, tetapi bukankah jelas bahwa aku tidak menginginkannya terjadi.

“Tapi aku sudah bilang berhenti menggunakan gelas plastik itu, kawan! Dan itu disebut tindakan pencegahan!”

“Mungkin memang begitu adanya. Gelas memang ingin menumpahkan diri,” aku berdebat dan membuatnya semakin kesal.

Aku terdengar seperti orang yang agak egois sampai di sini. Tapi percayalah, aku mencoba menjadi tidak terlalu clumsy dan buru-buru. Aku ingin kecerobohan ini hilang, pergi ke kehampaan di mana itu tidak bisa menggangguku.

Seperti beberapa waktu lalu, ketika aku membeli secangkir kopi, secara tidak sengaja aku menumpahkannya. Kopinya agak mahal. Namun, karena aku ingin duduk dan melakukan sesuatu, aku harus membeli yang baru. Arghh, kesal!

Bagaimana semua ini bermula?

Aku mencoba untuk mengingat kembali ketika aku berada di kelas satu sekolah dasar. Salah satu guru mengatakan bahwa aku sering tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu dan membuat keputusan.

Mereka menngatakan bahwa aku bisa menyelesaikan tugas dengan cepat, tetapi kadang-kadang pekerjaan itu menjadi kurang akurat dan cenderung salah.

“Harun pintar, tapi dia cenderung ceroboh dan sembrono,” itulah desas-desus yang kudengar.

Aku mengingat momen-momen itu.

Aku adalah jenis siswa yang melakukan segalanya dengan cepat. Karena waktu itu, katakanlah dalam sebuah ujian, aku ingin melakukannya secepat mungkin agar aku terlihat pintar.

Di sisi lain, jika aku tidak tahu jawabannya, tidak ada alasan untuk tinggal lebih lama di dalam kelas. Jika pertanyaannya tidak terlalu sulit, aku akan melakukannya segera, selalu berpikir aku melakukannya dengan benar. Namun, ketika mereka membahas ujian, aku menyadari di mana aku salah dan segalanya.

Aku juga mengingat beberapa kejadian lucu ketika aku melihat ke momen-momen itu.

Di tahun pertama sekolah dasar, aku pernah jatuh dan tertimpa lemari sekolah. Lemarinya penuh dengan puluhan buku.

Aku ingat dengan jelas kejadian tersebut.

Saat itu, aku ingin mengambil buku dari rak atas. Jangkauan yang pendek memaksa aku untuk menaiki rak untuk mencapai buku yang tinggi. Sayangnya, beban berat tubuhku membuat lemari itu oleng dan condong ke depan lalu menghantamku.

Hal ini membuat aku tak masuk sekolah hingga 10 hari lamanya.

Aku juga pernah merusak pusaka nenekku. Sebuah radio penala yang sangat berharga. Radio ini adalah hiburan kami kala malam hari yang santai ketika kami tidak ingin pergi ke rumah tetangga untuk menonton TV.

Radionya tidak seperti ini, aku lupa tapi sebut saja ini radio tua tersebut. Photo by Israa Ali on Unsplash

Suatu hari, suara radio mulai menjadi tidak jelas. Penalaannya juga bermasalah. Bersenjatakan obeng dan beberapa alat sederhana, aku mencoba memperbaiki radio ini.

Ya, aku berhasil membukanya dan membongkar radio itu. Masalah berikutnya adalah, aku bahkan tidak tahu bagaimana cara menutup semua perangkat keras dengan berbagai sekrup yang sudah aku buka.

Radio itu akhirnya rusak total.

Aku pikir kecerobohan ini berasal dari fakta bahwa aku selalu terburu-buru. Ini membuatku kehabisan napas. Membuatku melakukan hal-hal dengan cara yang tidak benar.

Aku sering berjanji pada diriku sendiri untuk melakukannya dengan santai. Menikmati apa yang kulakukan. Tidak terburu-buru. Melakukan sesuatu dengan benar, bukan dengan cepat.

Rasanya ini selalu menjadi kelemahanku. Melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa. Memutuskan tanpa banyak pertimbangan. Melakukannya terlebih dahulu dan mencoba menerima konsekuensinya kemudian.

Pendekatan ini sepertinya perlu diubah.

Aku sudah mencoba. Aku juga tidak ingin selalu menjadi orang yang ceroboh. Aku lelah, dan ini hanya merugikan diriku sendiri.

Jika kamu bertemu denganku di suatu tempat, bisakah kamu mengingatkanku untuk tidak terburu-buru? Terima kasih.

--

--

Nightman
Nightman

Written by Nightman

Pencatat hal-hal kecil yang terlewat, mengaku sebagai penyuka buku, musik, film, dan jalan-jalan di jam tiga dini hari.

Responses (1)