Mereka yang Menghasilkan Cerita Berharga

Nightman
5 min readDec 6, 2023

--

Photo by Bruno Silva

Aku tak terlalu pandai membuat teman baru. Aku pikir aku hanya bisa berteman dengan sedikit orang, namun pertemanannya bisa aku jaga. Entahlah, aku merasa, kadang terlalu melelahkan untuk merawat banyak teman. Dan aku tak punya banyak energi untuk itu.

Jadi, ketika teman datang dan pergi, aku tak terlalu menguras tenaga untuk memikirkan mereka. Inilah cerita mengenai teman yang berharga selama tinggal di Braga, Portugal selama enam bulan.

Ale

Pertama kali bertemu, dia bercerita bahwa dirinya baru saja menyelesaikan kuliah masternya. Jika tidak salah ingat, dia bilang umurnya 27. Dia banyak berbicara. Namun, belum pada tahap yang menyebalkan. Dia mempunyai cara berbicara yang unik. Ale berasal dari Italia.

Sehari-hari, usai kegiatan di organisasi selesai, aku akan menemukannya merokok di balkon belakang. Atau dia juga sering terlihat nongkrong pagi-pagi dan mengopi. Selain itu, kami juga beberapa kali pergi untuk ke taman kota atau menikmati sore di bukit depan apartemen.

Meskipun tak sering, aku suka mengobrol dengannya. Yang paling aku ingat tentu obrolan sore di puncak bukit dekat apartemen. Dia berbicara banyak hal. Tentang keluarga, tentang hubunganya dengan perempuan cantik asal Kolombia yang belum dia lupakan, tentang karir dan masa depan, tentang isi kepala Eminem, dan banyak hal lain.

Aku juga bercerita kepadanya tentang kampung, tentang orang tua, dan soal mimpi. Lalu di tengah pembicaraan, dia tiba-tiba berubah menjadi semacam bijak dengan mengatakan hal ini:

“Kau tahu, 50–100 tahun yang lalu aku rasa di Italia juga mengalami hal yang sama. Ketimpangan dan ketidaksetaraan itu benar terjadi. Namun, aku rasa kami belajar dan sekarang semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang setara. Harun, kamu bisa melakukan apa saja untuk hidupmu. Itu hidupmu. Kamu tentukan sendiri. Tentu orang tuamu harus kamu hargai, tapi menurutku hidupmu, tentukan sesuai apa yang kamu mau.”

Matahari sore telah habis dan kami turun dari bukit.

Kata orang, perjalanan akan membuatmu dekat dengan seseorang. Aku sendiri beberapa kali jalan-jalan dengan dia. Ke Porto, atau ke festival kelulusan di Coimbra. Hal inilah yang membuat Ale adalah teman yang menyenangkan selama waktuku di Portugal.

Aku masih terhubung dengannya lewat facebook dan instagram.

Virgi

Kami memanggilnya Mini. Atau, begitulah dia ingin dipanggil. Dia mempunyai rambut keriting. Dia tak setinggi diriku. Kalau tidak salah ingat, dia juga mempunyai anting di hidung. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah sekitar bulan Mei.

Mini berasal dari Italia. Seperti Ale, aku juga suka caranya berbicara.

Ketika datang ke Portugal untuk menjadi volunteer dia lebih siap. Dia sudah bisa berbicara bahasa setempat. Alhasil, dia dengan mudah membuat teman di Kota ini. Selain itu dia juga orangnya supel, gampang bergaul, dan sering tertawa.

“Di sini gampang ya dapat ganja,” ujarnya suatu waktu ketika pulang dari Porto.

Pendeknya, ketika Mini datang, dia mengubah banyak hal di apartemen kami. Dia menyadari, apartemen kami bukan seperti tempat tinggal yang layak, dia menganggap rumah ini bangunan tanpa kehangatan.

Beberapa hari tinggal di sini, dia memberi saran untuk membershikan rumah secara besar-besaran. Selain itu, kami juga mulai membersihkan ruang tamu dan membuat ruang tersebut semakin hidup.

Beberapa malam kemudian, aku membantunya memasak dan kami makan malam bersama. Suatu waktu dia juga mengajakku untuk makan malam di luar bersama. Mengenal Mini membuatku menjadi lebih ekspresif. Suatu waktu kami membuat video ucapan ulang tahun untuk temannya dengan menari gila seperti video-video tiktok zaman sekarang.

Paling seru tentu aku suka mendengar cerita-ceritanya. Dia pernah tinggal selama setahun di Mexico, melihat lebih dekat kehidupan di sana.

“Apakah aman jika jalan-jalan sendiri?” aku bertanya.

“Tergantung, di tempat-tempat terentu ada yang bahaya, namun, ada tempat-tempat yang aman saja untuk berjalan-jalan,” jawabnya.

Jika tak salah ingat, dia berasal dari Florence, namun dirinya sering berjalan-jalan ke tempat lain. Dia bercerita pernah tinggal di Barcelona dan kota-kota lain di Eropa.

Sehari-hari usai melakukan kegiatan volunteer, Mini akan pergi entah kemana. Kadang dia pulang, kadang juga tidak. Kadang dia mengundang seseorang untuk berkunjung atau memintaku ikut dengannya untuk ke Bar dan menikmati musik.

Aku seharusnya bisa bercerita lebih panjang tentangnya. Namun, untuk serkang aku cukupkan sampai di sini dulu. Terakhir, ketika covid-19 lalu, aku membantunya untuk membuat video voxpop tentang pemuda dan situasi yang sedang dihadapi. Terakhir, dia menghubungiku melalui whatsapp.

Rafa

Rafa teman sekamar yang paling tidak banyak fafiu wasweswos. Khas orang Eropa, dia tak akan terlalu peduli dengan apa yang kamu lakukan. Selama menjadi teman sekamarnya, tak banyak hal yang terlalu mengganggu. Singkatnya kami menghormati satu sama lain.

Rafa datang dari Prancis. Tepatnya kota pinggiran Paris. Pertama kali bertemu, aku agak kaget ketika dia menyapa, “Namaste!”

Aku kemudian tahu bahwa, sebelum menjadi volunteer di Portugal, dia merupakan seorang volunteer kala terjadi gempa Nepal tahun 2015 lalu. Dia bercerita bagaimana negara tersebut porak poranda akibat gempa dahsyat tersebut. Pengalaman tinggal di dataran tinggi Nepal membuatnya menyukai sedikit hal-hal yang berbau Asia timur.

Aku tak pernah mendengar dia mengidentifikasi dirinya sebagai seorang yang sosialis, namun aku rasa di sosialis-semi anarkis totok.

Aku dan Rafa sering bertemu di dapur ketika sama-sama sedang ingin memasak spaghetti. Memsak spaghetti adalah cara untuk bertahan hidup yang instan jika semua teman sekamar tidak mengadakan makan bersama.

Sehari-hari usai kegiatan, dia akan menemui teman, kebetulan si teman juga merupakan penjual ganja. Dia jadi mudah untuk mendapatkan barang tersbut. Dia bersama Mini juga sering ke Bar untuk nongkrong.

Aku beberapa kali bertukar kabar dengannya melalui instagram. Hingga kini dia masih sering menyerukan mengenai kemerdekaan Palestina dan terakhir aku lihat dia kembali mengunjungi Nepal dan mendekat ke Everest.

Tiga kawan di atas adalah teman yang paling berkesan selama saya tinggal di Portugal. Mereka memberi arti lebih pada momen saya tinggal di negara paling timur di Eropa tersebut. Namun, tentu ada nama-nama lain yang saya rasa jika saya tulis akan terlalu pendek namun tak cukup panjang untuk aku ingat interaksi bersama mereka.

Athina misalnya, dia seperti kakak yang baik hati yang nurturing dan bisa diandalkan. Selain itu, Georgi juga teman yang menyenangkan. Dia memberiku kado sederhana ketika ulang tahun. Pun dengan Radu, kutu buku yang memberiku bookmark sepulang dari perjalanannya ke Barcelona.

Aku rasa, pengalaman enam bulan di Portugal juga tak akan menarik tanpa teman-teman ini. Dan perjalanan memang tentang orang-orang dan cerita-ceritanya.

Aku akan segera menambahkan foto yang lebih personal yang masih tersimpan di laptop.

--

--

Nightman
Nightman

Written by Nightman

Pencatat hal-hal kecil yang terlewat, mengaku sebagai penyuka buku, musik, film, dan jalan-jalan di jam tiga dini hari.

No responses yet