Saya berencana untuk bercerita mengenai cara mengenal sebuah kota dan buku bekas. Maksudnya, saya akan menceritakan kembali pengalaman yang hampir usang ketika tahun 2022 lalu saya terbang ke Spanyol untuk mengikuti sebuah kegiatan.
Saya mengecek kembali folder-folder foto lama yang saya punya. Alhasil yang saya temukan adalah satu buah foto di toko buku yang saya mau ceritakan dan foto-foto kurang simetris yang diambil sembarangan.
Bisa disimpulkan, tidak ada cukup banyak pilihan foto untuk dibagikan. Jadi menyesal sekali rasanya tidak banyak mengambil foto seperti turis-turis. 🙁
Namun, saya akan tetap bercerita. Saya akan menceritakan kembali mengenai pengalaman menjelajah dan mengenal kota Madrid dan buku bekas.
Karena ya, saya menyukai kedua hal ini. Dan tidak ada cara lain untuk mengabadikannya selain dengan cerita-cerita.
Baik, jadi 2022 lalu, organisasi tempat saya bergiat, Act Global, memberi saya kesempatan untuk terbang ke Madrid untuk mengikuti sebuah kegiatan. Kegiatan apa? Kamu bisa membaca di blog saya yang lain saja.
Saya tinggal di Madrid selama dua minggu. Waktu yang cukup lama sebenarnya.
Namun, saya tak tinggal di pusat kota. Jika diibaratkan Jakarta itu pusat kota, ya, saya tinggal di depok atau Bogornya Madrid. Saya tinggal di suburban di tepian kota Madrid. Di sebuah kota bernama Las Rozas.
Kira-kira hanya 45 menit dengan kereta ke pusat Kota. Dari stasiun tempat saya naik, saya bisa melihat siluet kota Madrid dari kejauhan.
Madrid mulai membangun gedung-gedung tinggi yang menjulang.
Namun, perjalanan agak memutar, hal ini lah yang membuat perjalanan menjadi agak lama.
Berkenalan dan mengenal kota-kota baru bagi saya selalu menyenangkan.
Ada yang bilang, untuk mengenal sebuah kota, pelajarilah sistem transportasinya. Karena, transporasi publik sebuah kota biasanya akan membawa ke tempat-tempat yang strategis yang bisa dikunjungi.
Di Braga, Portugal, saya bisa menaiki kereta setidaknya hingga ke kota Coimbra tanpa tersesat. Iya, saya pernah tersesat sekali, tapi ini jadi pengalaman.
Di Jakarta, mantan Ibu Kota Indonesia, saya juga bisa menaiki KRL sendiri hingga ke bogor, setelah sebelumnya diajari seorang teman keliling menggunakan KRL.
Untuk Madrid, saya baru berani sendiri ke pusat kota setelah seminggu saya tinggal di kota ini.
Setidaknya, saya harus mempelajari dulu jenis-jenis dan warna jalur yang harus saya naiki. Mengingat stasiun-stasiun mana yang tepat untuk saya turun dan naik. Mengisi ulang saldo tiket kereta dan sebagainya.
Di Madrid, ini tidak terlalu menyusahkan karena, saya dengan cepat, saya mengamati jalur kereta melalui map yang saya ambil di hotel, melihat seorang teman membacanya serta mengisi kartu saldo kereta.
Setelah seminggu, saya sudah berani pergi sendiri ke pusat kota. Sendiri. (Tanpa kartu internet untuk menghubungi orang lain atau melihat map jika tersesat) dan hanya membawa sebotol air.
Sebelumnya, kota Madrid sendiri terkenal dengan museum. Karena, saya pernah mendengar bahwa kota ini mempunyai banyak sekali museum. Jadi saya akan bercerita tentang ini juga di lain waktu. Dan tentu juga seniman jalanan.
Selama dua minggu di kota ini, tidak ada pengalaman yang kurang mengenakkan. Berjalan di alun-alun kota dan melihat gereja-gereja dan kastil tua selalu menyenangkan. Pusat kota Madrid sangat rapi, dan cukup bersih.
Gedung-gedung tua masih mendominasi. Namun, gedung-gedung pencakar langit mulai dibangun di pinggir-pinggir kota.
Seorang teman mengajak kami untuk datang ke sebuah festival yang diadakan di kawasan “bronx” nya kota Madrid yang telah berkembang menjadi neighborhood yang aman dan telah cukup bersih juga.
Tentu ada mural dan grafiti di sana-sini, namun ini malah membuat kawasan ini jadi menarik.
Sisi gemerlap Madrid juga tak kalah mengagumkan. Ada yang bilang, kota ini adalah Kota Millan nya negara Spanyol. Lantai pertama gedung-gedung tua sering kali merupakan outlet dari brand-brand terkenal. Saya tak perlu menyebut merek.
Kota ini juga kota yang besar. (kalimat yang malas sekali, tapi ya gimana cara jelasinnya)
Saya hampir tak mengunjungi banyak tempat penting. Ziarah ke stadion-stadion milik klub dari Ibu Kota atau ke tempat-tempat menarik lain. Atau ke pemakaman untuk sekedar duduk-duduk.
Suhu udara musim panas yang bisa menyentuh 40 derajat kadang membuat saya terlalu malas untuk pergi-pergi ke banyak tempat.
Akan tetapi yang paling menarik dari mengenal sebuah kota adalah menemukan apa yang kamu suka di kota tersebut.
Untuk Madrid, hal ini adalah menemukan toko buku bekas.
Bukan hanya sekali, dalam perjalanan singkat ke Madrid waktu itu, saya setidaknya menemukan tiga toko buku bekas di pusat kota.
Saya datang ke dua tempat dan membeli beberapa buku. Tentu toko buku ini lebih banyak menjual buku-buku berbahasa Spanyol, namun saya tetap kalap dan memborong dalam jumlah banyak.
Selain harganya cukup murah, dan covernya menarik, ini juga bisa jadi oleh-oleh.
membeli buku meskipun tidak untuk dibaca rasanya tidak pernah salah.
Toko buku yang pertama, letaknya di pusat kota yang strategis dekat pedestrian. Dan pilihannya cukup beragam. Toko ini juga menjual buku baru. Selain buku berbahasa spanyol, banyak buku dalam bahasa inggris juga.
Jadi, saya tidak melewatkan kesempatan untuk berbelanja buku di tempat ini.
Satu lagi, masih sama di pusat kota, namun toko ini berlokasi di pinggir sebuah taman.
Toko buku ini lebih seperti kaki lima. Ada banyak penjaja buku sepertinya di kawasan ini. Namun, waktu itu, saya menemukan yang belum tutup dan berbelanja darinya.
Saya membeli beberapa biji buku lagi.
Sempat berfoto dengan pemiliknya dan mencoba mengobrol singkat.
Bagi saya, melihat penjual buku selalu seperti melihat penjaja masa depan. (apa artinya kalimat mu itu, nightman!) Tapi ya, benar, melihat penjual buku selalu seperti melihat sesuatu yang menyenangkan.
Dua minggu di Madrid, saya sendiri lupa untuk berkunjung ke perpustakaan setempat. Saya menyesal sekali melewati hal ini. Namun, pada akhirnya, Madrid bagi saya adalah kota yang menyenangkan dan memberi kesan mendalam.
Saat ini, saya sedang mempelajari bahasa spanyol melalui duolingo. Saya sudah bisa menulis dan melafalkan, “Yo tengo una maleta!”
Semoga saya segera bisa membaca buku-buku yang saya beli.