Membaca Na Willa dan Rumah dalam Gang

Nightman
3 min readFeb 10, 2025

--

Photo by Jess Zoerb on Unsplash

Ketika selesai membaca Na Willa yang warna merah dahulu, responku adalah, “Aku harap semua buku bisa semenyenangkan ini, membaca Murakami atau Hosseini rasanya lebih sering terlalu memeras emosi.”

Buku Na Willa yang warna merah ialah buku pertama dari series Na Willa. Buku kecil ini adalah buku karya Reda Gaudiamo. Sebelumnya, aku sendiri tahu Reda merupakan setengah dari duo pemusikalisasi puisi, band, yaitu AriReda. Duo yang berisi Ari dan Reda. (Cari di Youtube, “Ari Reda — Hujan Bulan Juni, dan siap-siap jatuh cinta)

Nah, selain penyanyi, reda juga penulis buku. Salah satu buku yang dia telurkan yaitu buku series Na Willa ini. Seri yang merah, aku baca Agustus tahun lalu, dan ketagihan, mau baca lagi dan lagi.

Senang sekali ada buku anak-anak yang ditulis dengan gaya dan tutur anak-anak sekali. Kalau tidak salah, buku Na Willa ini sendiri terinspirasi dari percakapan sehari-hari Mba Reda dengan anaknya.

Mungkin ini kali ya yang membuat tulisan di buku Na Willa rasanya sangat jujur dan bisa dibilang dituturkan oleh anak kecil. Aku sendiri membayangkan Mba Reda memotret dan menyimpan erat-erat memori-memori tentang interaksi dengan anaknya lalu menuangkannya menjadi sebuah buku.

Dan tidak mungkin tidak, buku ini lahir dari cinta. Cinta Mba Reda terhadap memori dan kenangan bersama anaknya.

Yang menyenangkan dari membaca Na Willa adalah bagaimana kamu dibawa jauh ke ruang yang rasanya familiar. Memori-memori masa kecil rasanya tiba-tiba menyeruak dan membuka dirinya kembali. Ruang untuk kabur dari dunia dewasa yang kian hari rasanya semakin berat saja.

Aku rasa, Na Willa memberi ruang lain untuk melihat kembali kenangan atau memori masa kecil yang pernah terjadi. Dengan ucapan dan celotehan-celotehannya yang bisa jadi pernah kamu sendiri lontarkan, Na Willa membuka kesempatan untuk merenung kembali bagaimana hubungan pertemanan, kejadian sehari-hari, keingintahuan, dan perasaan-perasaan yang menyertainya adalah suatu hal yang wajar, alami, dan membentuk cara kita memahami dunia sejak kecil — bahwa setiap momen, sekecil apa pun, memiliki makna dan bisa membentuk siapa kita di kemudian hari.

Na Willa yang hijau

Na Willa yang hijau ini masih membahas perihal hari-harinya Na Willa. Hanya kurang dari 200 halaman, pada buku kali ini, Na Willa lebih banyak berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah dan terlibat langsung di masalah domestik keluarga.

Seperti di buku Na Willa warna merah, kita masih menjumpai karakter teman dan teman-temannya Willa. Ada Mak, Farida, Dul, Bud, dan Mbok. Namun, di buku ini, Na Willa sudah masuk taman kanak-kanak dan mempunyai Bu Guru yang baik bernama Bu Juwita, terus ada teman-teman lain juga seperti, Sri, Sumi, Eko, dan Endang.

Salah satu karakter tambahan, Pak, atau Bapaknya Na Willa, atau suaminya Mak. Pak sendiri menjadi bagian yang sentral dalam buku ini karena memberi gambaran ayah-anak yang romantis dan hangat. Rahasia kecil antara mereka berdua jadi salah satu contoh. Meskipun pada akhirnya Na Willa sendiri membocorkan rahasia tersebut.

Hadirnya Pak juga memberi ruang cerita baru pada keseharian Na Willa. Namun, puncaknya, Na Willa juga mau tak mau diikutkan dalam permasalahan orang dewasa, yaitu pindah rumah.

Sederhananya, pindah rumah artinya, Na Willa akan meninggalkan teman-teman, atau lingkungan yang dia sudah familiar. Di titik ini, aku rasa bisa menjadi pembelajaran kecil bahwa, terkadang memang beberapa hal tidak selalu harus seperti sedia kala, ada saatnya untuk pergi dan mencari tempat baru.

--

--

Nightman
Nightman

Written by Nightman

Pencatat hal-hal kecil yang terlewat, mengaku sebagai penyuka buku, musik, film, dan jalan-jalan di jam tiga dini hari.

No responses yet