Jatuh Cinta Itu Biasa Saja

Nightman
3 min readSep 18, 2024

--

Photo by Ed Robertson on Unsplash

Nama lengkapnya, Liana Zuhaina M. tapi panggil saja Liana. Dan aku jatuh cinta kepadanya. Dan ini adalah jatuh cinta yang biasa saja. Seperti lagu Efek Rumah Kaca itu.

Susah untuk tidak memilih lagu ini sebagai tema jatuh cinta jatuh cintaan ini. Aku rasa, lagu itu menggambarkan dengan tepat sekali perasaanku kepada Liana saat ini.

Kita berdua hanya berpegangan tangan, Tak perlu berpelukan — bait pertama Jatuh Cinta Itu Biasa Saja — ERK

Tapi, mari aku ceritakan kenapa tulisan ini dibuat. Tulisan ini akan jadi semacam surat cinta yang aku tulis buat Liana. Karena, aku rasa dia pantas untuk disayangi secara ugal-ugalan.

Dan, aku rasa punya platform ini untuk berbagi cerita dan apa yang aku rasakan. Self sentris sekali memang. Tapi, platform ini sendiri memang diniatkan untuk bahan bacaan buat diri sendiri saja.

Jika dibaca khalayak ramai, sebenarnya saya juga lebih banyak malu ketimbang bangga. Terlalu banyak typo. Kalimat tidak konsisten dan runtut. Struktur yang ngasal. Dan gaya bahasa yang lebih buruk ketimbang bahasa lisan.

Jadi begitulah, cerita ini akan diupdate secara berkala. Aku akan bercerita banyak tentang Liana. Tentang bagaimana kami bertemu. Bagaimana kami jatuh cinta. (Dan belum-belum,) bagaimana kami akan melaksanakan akad nikah, suatu hari nanti.

Aku rasa kenapa cerita ini jadi penting, aku rasa hubunganku dengan Liana adalah hubungan yang dewasa. Iya, selain karena umur kami memang lebih dekat ke 30, dan tiap lebaran distrap pertanyaan kapan nikah, hubungan dewasa tuh maksudku, yang saling memahami, dan tak terlalu banyak menuntut serta lebih banyak memahami.

Ini akan dielaborasi lagi nanti di part-part selanjutnya.

Selain itu, biar tidak membosankan, aku juga akan memaksa Liana untuk menulis di blog ini dan menceritakan sudut pandang dirinya. Dia masih punya hutang dua cerita juga sebenarnya untuk blog ini.

Seperti surat cinta-surat cinta pada umumnya, tulisan di series ini akan sangat personal bahkan emosional.

Kita berdua hanya saling bercerita, Tak perlu memuji — ini bait kedua dari Jatuh Cinta Itu Biasa Saja — ERK

Tambahan di luar konteks dan dimasukkan agar tulisan ini bisa mencapai 500 kata, tadi malam, ketika berbicara dengannya, aku bercerita ketika SMA aku membaca buku Kambing Jantan karya Raditya Dika dan menemukan bahwa Radit menyematkan panggilan nyeleneh kepada pasangannya, dalam buku yang aku baca tersebut, Radit sering dipanggil Kambing dan pacarnya dia panggil, Kebo.

“Jadi, dulu aku jadi bernazar, suatu saat nanti jika udah punya pacar, mau manggil pake nama-nama hewan juga. So, Lin, mau dipanggil nama hewan apa?” tanyaku antusias.

Dan sejauh ini, hewan-hewan yang aku usulkan ditolak. HUHUHUHU.

Hmmm, jadi begitulah ceritanya.

Ohh sedikit tambahan, lagu Jatuh Cinta Itu Biasa Saja merupakan bagian dari album dengan Judul Efek Rumah kaca yang rilis 2007 silam. Ketika pertama kali mendengar lagu ini dahulu, aku langsung berpikir bahwa aku ingin jatuh cinta dengan biasa saja.

Lagu ini juga menolak konsep “jatuh cinta itu buta,” dengan mengingatkan bahwa cinta yang tidak disertai rasionalitas akan menyesatkan. Intinya, lagu Jatuh Cinta Itu Biasa Saja mengajak pendengarnya untuk menjalani cinta dengan cara yang lebih jujur dan sederhana.

Seperti aku dan Liana, aku harap, kami bisa saling mencinta dengan cara yang jujur dan sederhana. Menerima dan memahami kekurangan, serta terus mengupayakan untuk tumbuh bersama.

--

--

Nightman
Nightman

Written by Nightman

Pencatat hal-hal kecil yang terlewat, mengaku sebagai penyuka buku, musik, film, dan jalan-jalan di jam tiga dini hari.

No responses yet