Aku, Cak Mahfud, dan Film India Melawan Dunia

Nightman
4 min readMar 10, 2024

--

Saya tidak tahu dengan pasti film India apa yang saya tonton pertama kali. Tapi lagu Kuch Kuch Hota Hai sepertinya sudah sering saya dengar orang-orang nyanyikan. Nama macam Shah Rukh Khan, Salman Khan, Sanjay Dutt, Amitha Bachan juga saya tahu di luar kepala. Rani Mukarjie, Kajol, Karenaa Kapoor, untuk nama aktris yang juga saya ingat.

Tak seperti Cak Mahfud yang tahu betul bahwa nama-nama di atas hanya sekedar aktor atau penyanyi latar, saya tak demikian. Besar di awal 2000an di era lagu india memang sedang sering diputar, yang saya tahu mereka-mereka lah yang memang sebenarnya menyanyikan lagu-lagu tersebut.

Ketika saya tahu yang sebenarnya beberapa tahun kemudian, saya agak kecewa.

Setelahnya, ada jeda di mana saya tak lagi menonton film-film India.

Rumah seorang teman yang mempunyai VCD atau DVD lebih sering memutar film-film laga barat yang lebih menantang. Selain itu, masuknya TV membuat pamor film-film India semakin menurun. Era laptop dan download film bajakan juga demikian. Tontonan masih didominasi film-film barat.

Satu-satunya yang membuat saya masih sedikit tertarik dengan film India adalah sisi nostalgianya. Saya bahkan tak ingat untuk benar-benar pernah menonton hingga habis KKH, KKKG, Kahona Pyar Hai, Koi Mil Gaya dan sebagainya. Yang saya tahu dan ingat adalah bahwa saya besar dan tumbuh dengan soundtrack dari film-film yang saya sebutkan tadi.

Tumbuh dan besar di sebuah kampung di Lombok Tengah yang jauh dari pusat kota dan pengawasan orang tua, film India hitungannya belum saya bisa tonton karena tidak sesuai umur. Namun entah kenapa, film India masih dianggap tontonan yang layak untuk semua umur, jadi kami tetap bisa menyaksikannya secara bersama.

Sebelumnya untuk menonton film India atau film-film lain, saya harus ke TV tetangga yang mempunyai pemutar kaset DVD atau VCD. Tapi, saya rasa era ini sebentar sekali. Era ini dengan segera diganti TV, Laptop, hingga HP yang mulai bisa memainkan banyak film.

Titik balik saya mulai lagi memperhatikan film India setidaknya adalah bermula dari PK. Sebelumnya, 3 Idiots dan My Name is Khan juga mencuri perhatian saya. Namun, PK jadi awal mula saya tertarik lagi menonton film-film India lain.

Setelahnya, hingga hari ini, di era Netflix dan platform pemutar film lain yang memberi section film India, saya selalu menyempatkan untuk menonton rekomendasi-rekomendasi film-film yang sudah dikurasi.

RRR, Drishyam, Ganggubai, White Tiger, jadi film-film India baru yang saya suka sekali. Dari film-film ini, saya semakin yakin bahwa memang, setelah Parasite memenangkan Oscar beberapa tahun lalu, film India setidaknya harus memenangkan dua atau tiga film atas sumbangsih mereka bagi perfilman dunia.

Itulah kenapa, ketika saya mengetahui Cak Mahfud menulis buku ini, saya akan membacanya dan ikut merayakan film-film India kembali.

Buku Aku dan Film India melawan Dunia saya rasa adalah catatan bagaimana Cak Mahfud tergila-gila dengan film India. Sebagai salah satu medium hiburan di kampung utara Jawa, Cak Mahfud menurut saya lihai sekali mengingat, menganalisis dan membandingkan karya-karya film India yang ada, baik itu dengan film-film lain atau kondisi sosial yang terjadi.

Dua buku ini rasanya hanya sebuah surat cinta akan kecintaan seseorang akan film India itu sendiri. Inilah yang menjadi menarik juga karena, film India yang sering dianggap ‘paria’ dalam wacana perfilman tanah air, namun Cak Mahfud mampu membahasanya dengan begitu indah dan penuh cinta. Bukan cinta buta, sineas-sineas India juga memang menelurkan karya-karya yang memang jempolan.

Itulah kenapa, cinta yang keluar yang bisa dirasakan adalah cinta yang jujur.

Dua buku ini cara pembahasannya tak jauh berbeda. Namun, di buku kedua topiknya makin serius dan spesifik. Di mana dalam buku pertama, Cak Mahfud masih banyak mengulas film atau aktor favorit yang dia suka.

Membaca buku ini bagi saya sendiri seperti memasuki mesin waktu. Kamu akan dibawa kembali ke era dimana orang-orang benar-benar merayakan film India. Merayakan budaya yang memang pernah memenuhi isi kepala orang-orang Indonesia.

Itulah kenapa buku dan essay essay ini rasanya dekat dengan saya, karena apa yang Cak Mahfud alami sebagai bocah pantai utara Jawa, juga saya alami sebagai bocah kampung kecil di Lombok Tengah.

Film India di era sekarang, saya pikit, susah untuk tidak kagum dengan RRR nya SS Rajamouli. Cerdiknya Drishyam. Hangatnya Dunki. Atau film-film India lain yang sama bagusnya yang akan membuat tulisan ini makin panjang.

Selebihnya, seperti semangat Cak Mahfud untuk melawan dunia bersama film India, saya juga akan turut serta untuk mendakwahkan bagaimana bagusnya film India.

PS: Aku membuat playlist dari lagu-lagu yang disebut Cak Mahfud di buku ini dan beberapa lagu India yang saya suka lainnya untuk kita dengar bersama. Klik Di Sini.

--

--

Nightman
Nightman

Written by Nightman

Pencatat hal-hal kecil yang terlewat, mengaku sebagai penyuka buku, musik, film, dan jalan-jalan di jam tiga dini hari.

No responses yet