Yak, saya tidak salah ingat. Saya berangkat ke Thailand tanggal 5 Mei 2022. Dua hari setelah perayaan terbesar bagi umat muslim yaitu, lebaran. cukup senang dan kesal juga.
Kesal karena mudik yang hanya seminggu harus terpotong karena harus segera kembali ke Bali untuk siap-siap ke Thailand segera setelah lebaran berakhir. Waktu itu, saya juga masih senang-senang saja berada di kampung halaman, apalagi suasana lebaranan masih seru untuk dinikmati. Nah, bagian yang menyenangkannya karena, pemerintah cukup bijak untuk ngumumin lebaran resmi dirayakan tanggal 2 Mei 2022, kalau tanggal 3 Mei, akan lebih mengesalkan karena harus berangkat ke Bali di sore lebaran. *penting nda sih info ini?*
Tapi, bagaimana pun, tanggal 3 Mei 2022 saya kembali ke Bali dan tanggal 5 Mei 2022 berangkat ke Thailand.
Masih ingat juga, saya harus berangkat pagi-pagi tanggal 5 Mei 2022. Jam 4 pagi, joy salah satu teman saya yang akan ikut ke thailand sudah mengirimkan pesan di grup whatsapp.
“Sudah pada siap-siap belum?”
Tulisnya singkat kala saya baca dan buru-buru menutup kembali karena saya rasa jam 4 pagi bukan waktu yang tepat untuk membalas pesan yang idealnya dikirimkan jam 7 pagi. Alasannya begini, penerbangan kami ke singapura baru buka check in jam 8 pagi, dan saya tahu jarak dari kos atau rumah masing-masing ke bandara tidak ada yang lebih dari 1 jam, jadi, bangun jam 4 menurut saya terlalu pagi, dan saya memutuskan menambah tidur.
Tapi, bagaimanapun jam 5 lewat sedeikit saya bangun dan mulai siap-siap. Saya juga belum mengemas barang yang akan saya bawa ke Thailand. Ini cukup bodoh karena akhirnya saya lupa membawa peralatan mandi dan pengharum badan yang dengan bodohnya lagi saya lupa membawanya ke kembali dari Bangkok ke Pattaya.
Namun, saya tidak kehilangan akal. Ketika saya memesan kendaraan untuk mengantar saya ke Bandara, alih-alih langsung ke keberangkatan Internasional, saya memilih ke ke keberangkatan domestik, alasannya, saya tahu di keberangkatan domestik ada Indomaret dimana saya bisa berbelanja alat perlengkapan mandi dan pengharum badan.
Di keberangkatan Internasional, saya bertemu Dhania. Dhania sedang asyik mengobrol dengan mba-mba yang katanya mau ke Singapura dan mempunyai nomor penerbangan yang sama. Saya hanya menyapa ringan agar supaya terlihat sopan.
Sekitar jam 8, kami pun check in dan siap-siap berangkat ke singapura. Pemeriksaan berkas masih membikin dag dig dug serr. Soale, dania, belum vaksin booster. dan informasi mengenai harus tidaknya melakukan tes PCR untuk penerbangan internasional masih simpang siur. namun, ketika kami check in ternyata tidak ada kendala.
tak lupa sebelum kami masuk untuk melakukan check in, kami berfoto ria dan untuk konten juga.
Ohh, tentu, kami juga norak dan memoto sayap pesawat ketika kami dalam perjalanan ke singapura.
Petaka datang kala penerbangan yang membutuhkan sekitar 2 jam perjalanan ke singapura telah terlewati setengahnya. Saya dan Joy yang hanya sarapan mulai keroncongan alias lapar. Iya, saya mengantisipasi kelaparan ini dengan harapan pesawat yang kami tumpangi bisa menyediakan makanan. Namun dania yang mempunyai pengalaman menggunakan maskpai yang sama menceritakan bahwa pada perjalanan dia sebelumnya dia tidak mendapatkan makan.
“Makanya saya bawa nasi Jinggo di tas,” ujar dania berbangga diri.
Saya mengamini, apa yang dilakukan dania cukup cerdik. saya yang rakyat jelata dan hanya membawa uang yang pas-pasan tak akan bisa membeli makanan di bandara yang tekenal mahal.
“Kita bakal puasa sih sampe thailand, joy” saya berujar ke joy pasrah dan siap-siap kembali untuk tidur.
Akan tetapi, nasib baik masih memihak. Dania, yang duduk di paling pinggir tiba-tiba dibangunkan oleh pramugari. saya dan joy juga ikut terbangun.
“Here is your meal…,” itulah kata-kata dari mbak pramugari dan kami makan lalu sisa perjalanan kami pun menyenangkan.
Kami pun tiba di singapura pukul 17.30 waktu setempat. di bandara Suvarnabhumi kami telah ditunggu oleh Ton, panitia training course di thailand kali ini. Kami berkenalan dengan Ton dan dia membawa kami ke Bangkok, dimana kami akan diinapkan.
Kesan pertama kala kami sampai di bangkok adalah kota ini adalah kota yang besar dengan gedung-gedung tinggi. kebetulan kami juga tinggal di pusat kota bangkok itu sendiri. namun yang tidak saya sangka adalah bangkok merupakan kota yang cukup multi etnis. awalnya saya mengira bangkok akan menjadi kota yang penuh dengan pernak pernik buddha (agama mayoritas kayaknya) dan segala macam, karena setidaknya saya baca di internet sebelumnya, ada sekitar 400an temple di kota bangkok, Namun yang saya temukan sebaliknya, bangkok merupakan kota yang cukup diverse, saya cukup sering melihat para perempuan yang memakai hijab di sekitar kota. jadi, rasanya kayak di indonesia.
Untuk menutup cerita ini, sebenarnya kami berangkat satu hari lebih awal. peraturan karantina yang tidak pasti membuat organisasi memesankan tiket pesawt sehari lebih awal. jadinya, total sekitar 8 hari kami berada di Thailand.
oh dan malam pertama di Bangkok, kami belum mempunyai uang bhat untuk berbelanja dan kami selalu kelaparan. namun, Ton, cukup baik meminjamkan kami sekitar 500 bhat untuk membeli makan malam.
Tanggal 5 Mei 2022 berakhir.